Lafal Dzikir Yang Paling Utama

Di dalam al-Quran perintah berdzikir diungkapkan berkali-kali dan pada umumnya muncul dalam tiga redaksi, yaitu: wadzkur isma rabbika ‘dan sebutlah nama Tuhanmu’ [Al-Insan, 76:25], atau wadzkur rabbaka ‘dan sebutlah Tuhanmu’ [Ali Imran, 3:41], atau wadzkurullaha ‘dan sebutlah Allah’ [Al-Anfal,8:45; al-Jumu’ah 62:10].
Berdzikir dapat dilakukan dengan berbagai lafal yang ma’tsur dari hadis-hadis Nabi saw seperti subhanallah, alhamdulillah, Allahu akbar, la ilaha illallah, istighfar, salawat, al-asma al-husna, membaca ayat-ayat suci al-Quran, dan lain sebagainya. Hanya saja, lafal dzikir yang paling utama dan paling agung adalah al-nafy wa al-itsbat (di-Indonesia-kan menjadi “nafi-isbat”), yaitu ungkapan la ilaha illallah ‘tidak ada Tuhan selain Allah’.
Yang didasarkan pada hadis Nabi yang menyatakan bahwa Dzikir yang paling utama adalah la ilaha illallah” [Shahih Ibni Hibban, III:126; Sunan al-Tirmidzi, V: 426 dan Sunan Ibn Majah, II: 1249].
Selanjutnya Nabi SAW mengatakan: “Allah benar-benar mengharamkan neraka bagi orang yang mengucapkan la ilaha illallah semata-mata mengharap ridha-Nya” [Shahih al-Bukhari, I: 164, V: 2063].
Di samping itu, keutamaan dzikir ini dapat dipahami dari sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Imam-imam hadis lainnya:

“Orang yang paling berbahagia dengan syafaatku di Hari Kiamat kelak adalah orang yang berdzikir dengan la ilaha illallah secara murni dari kalbu atau jiwanya” [Musnad Ahmad, II:373; Shahih al-Bukhari, I: 49, V: 2402; al-Sunan al-Kubra, III: 42].

Lafal dzikir nafi isbat (la ilaha illallah), dipilih dan dilazimkan oleh ahli Thariqah Naqsyabandiyah sebagai lafal dzikir yang paling dominan.
Dalam Khulashah al-Tashanif fi al-Tashawwuf yang terhimpun dalam Majmu’ Rasail al-Imam al-Ghazali, Imam al-Ghazali menegaskan, “Penyucian jiwa yang paling efektif adalah dengan mengintensifkan dzikir Tarekat al-Naqsyabandiyah, yaitu dzikir dengan ismu dzat dan nafi isbat” [Majmu’ Rasail al-Imam Ghazali , hal 179].
Unsur-unsur pokok lainnya yang menjadi syarat dan rukun dalam thariqah baik sebagai “teknik berdzikir efektif” maupun sebagai “cara pengamalan syariah” dan “jalan menuju ma’rifah” adalah: mursyid (guru), wasilah (alat), rabithah (proses), dan mujahadah (suluk/iktikaf) semuanya disajikan dalam makalah ini.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS